Di Indonesia, terdapat beragam sejarah kerajaan yang memiliki cerita masing-masing seperti corak agama Kerajaan Majapahit. Salah satu kerajaan yang dikatakan terbesar di Indonesia. Ada banyak cerita sejarah pada masa kerajaan ini dengan corak agamanya adalah Hindu-Budha.
Kekuasaan Kerajaan Majapahit terbentang di beberapa wilayah, diantaranya adalah Kalimantan, Sumatera, Semenanjung Malaya, dan Indonesia bagian timur. Kerajaan Majapahit berdiri pada tahun 1293.
Namun masa kejayaannya merengkuh pada masa pemerintahan Hayam Wuruk pada tahun 1350 sampai 1389 begitu juga dengan corak agama Kerajaan Majapahit yang didampingi oleh Mahapatih Gajah Mada.
Akibat serangan yang dilakukan oleh Kesultanan Demak, Majapahit mulai mengalami keruntuhan dan tiada pada tahun 1478. Toleransi di kerajaan terbesar ini cukup baik. Tak ada kesenjangan yang diakibatkan karena mana agama yang paling diutamakan.
Memang, corak agama Kerajaan Majapahit adalah Hindu-Budha, namun hal ini menjadi media toleransi antar warga.
Jangan Lupa Simak Mpoprofit untuk dapatkan Keuntungan Besar
Bentuk Toleransi dan Corak Agama Kerajaan Majapahit
Pada era kerajaan ini, masih ada warga yang menganut kepercayaan asal leluhur seperti Animisme atau Kejawen. Namun mayoritas penduduk kerajaan memeluk agama Budha, Hindu atau juga Ajara Siwa-Budha.
Tak heran jika Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan terbesar yang bercorak Hindu-Budha. Namun dalam Sejarah Indonesia Modern, menurut pendapat M.C. Ricklefs, corak agama Kerajaan Majapahit merupakan kerajaan terakhir di Nusantara yang bercorak Hindu-Budha.
Banyak ritual yang dilakukan pada masa itu. Sehingga beberapa penelitian membuktikan, kerajaan ini meninggalkan bukti sejarah berupa bangunan suci untuk keperluan kegiatan religius.
Corak agama Kerajaan Majapahit ini memang sangat spesifik dan dibuktikan secara nyata melalui peninggalan-peninggalan tersebut. Dalam pengendali sosial, agama berperan penting bahkan menjadi unsur yang menentukan tingkat interaksi yang dibuktikan melalui rasa toleransi.
Hal ini mampu menciptakan atau memberikan fenomena dan integrasi yang baik. Pada masa Kerajaan Majapahit, tak ada yang namanya pemaksaan atau penekanan kepada penduduk untuk memeluk agama yang sama.
Majapahit memberikan kebebasan dan kesempatan yang sama terhadap penduduk bahkan tokoh agama duduk dalam pemerintahan tanpa membedakan dari sisi agamanya. Penduduk pada masa itu sudah ada yang menganut agama Islam meskipun corak agama Kerajaan Majapahit adalah Hindu-Budha.
Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya makam muslim yang menjadi pusat pemerintahan. Pemakaman berada di Trowulan tepatnya di Desa Tralaya. Perbedaan agama yang sudah ada pada masa Hayam Wuruk memberikan sarana toleransi yang kuat.
Toleransi memang sudah diajarkan sejak dulu. Karena hal ini sudah pasti mendatangkan kedamaian. Corak agama Kerajaan Majapahit sendiri sudah jelas yaitu Hindu-Budha. Jika pada waktu itu tidak ada toleransi, maka tidak akan ditemukan pemakaman.
Toleransi ini dibuktikan pula melalui sebuah bangunan suci berupa candi yang memiliki beberapa sifat keagamaan. Hal itu menjadi bukti integrasi sosial yang mengarah atau fokus dalam bidang keagamaan sebagai corak agama Kerajaan Majapahit.